Tahun ajaran baru membuat orangtua pusing tujuh keliling. Ini lebih pusing saat menghadapi hari raya keagamaan seperti Lebaran. Pasalnya meski konon ceritanya masuk sekolah gratis ternyata itu hanya retorika belaka. Meski banyak pejabat mengatakan akan memecat kepala sekolah yang melakukan pungutan, nyatanya hingga kini tidak pernah terjadi.
Tahun ajaran baru, berarti bagi anak harus serba baru. Seragam harus baru, tas harus baru, sepatu harus baru. Belum lagi buku dan alat tulis harus baru.Apalagi jika si anak masuk sekolah yang lebih tinggi, semisal dari SD masuk SMP dari SMP masuk SMA. Pastilah semua serba baru.
Untuk memenuhi semua itu, tidak kurang Rp 1 juta harus tersedia. Ini adalah angka yang paling minim. Bayangkan sekarang ini sekolah mewajibkan siswanya memiliki seragam lebih dari tiga. Seperti untuk SMP, harus ada seragam putih biru, baju batik, baju koko dan baju olahraga. Bila perpasang Rp 100 ribu saja sudah Rp 400 ribu, belum lagi sepatu dan tas.Siswa juga harus beli buku tulis dan buku bacaan yang harganya di atas Rp 300 ribu.
Bagi sebagian besar warga hal itu tentu sangat memberatkan. Belum lagi bila ada dua anaknya yang masuk sekolah sekaligus.
Seperti yang dirasakan oleh Suryati. Bagi buruh cuci ini sekolah adalah sesuatu yang mewah. Dia sangat kebingungan ketika mengetahui anaknya diterima di SMP Negeri di Jakarta Barat. Sekarang anaknya menuntut segala kebutuhan tersebut padahal penghasilannya sehari hanya Rp 30 ribu.
“Saya pusing Pak. Semula senang anak diterima di SMP Negeri dengan harapan biaya murah, eh ternyata banyak juga biaya yang harus disediakan. Duhh.. ternyata sekolah itu hanya untuk orang berada yang Pak,”ujarnya lirih.
Seperti dipantau Pos Kota, Kamis (7/7) di sejumlah toko peralatan sekolah di Jl Sudirman, Purwakarta banyak toko buku dan seragam diserbu pembeli. ” Betul, sejak senin kemarin toko ini diserbu pembeli peralatan sekolah,” ujar penjaga toko alat tulis, Marni.
Umumnya orang tua siswa membeli kebutuhan sekolah adalah tas, buku, pensil, pulpen sampai seragam sekolah, yang serba baru. ” Tahun ajaran baru berkah bagi pedagang seragam dan alat tulis sekolah,namun petaka bagi orangtua murid” lanjutnya.
Diakui, sang juragan melipatgandakan stok penjualan seragam dan alat tulis sekolah. Pasalnya, permintaan atas peralatan baru sekolah ini, cukup tinggi setiap menghadapi tahun ajaran baru. ” Ini baru menurunkan lagi stok anyar,” tambahnya.
” Ya seperti inilah,kalau sudah masuk ke toko pantang pulang lenggang kangkung. Artinya berapa harganya, pasti saya beli demi anak,” terang Ny Yanti, satu orang tua siswa SMP negeri di Purwakarta, mengunjungi toko buku di Jl Sudirman.
Diakuinya, harga kebutuhan sekolah saat ini mengalami kenaikan disemua produk dimulai tas,buku bahkan seragam sekolah naik hampir 50 persen. ” Satu stel seragam putih biru untuk anak SMP dijual sampai Rp 200 ribu. Itu standar pakaian yang murah,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto, mengatakan pihaknya akan mengawasi kemungkinan terjadi Pungli dalam penerimaan siswa baru. Kalau pun ada biaya pendidikan sepenuhnya ditentukan Komite Sekolah.
“Saat pendaftaran, saya pastikan tidak ada pungli. Kalau soal biaya pendidikan silakan masing-masing Komite Sekolah menentukan,” katanya. Ini yang sering bikin pusing orangtua. Berapa biaya bulanan belum jelas jumlahnya.
Menurut Taufik, Pemprov DKI Jakarta melaksanakan program gratis bagi sekolah tingkat SD-SMP. Sedangkan untuk tingkat SMA/SMK sebagian masih ditanggung orangtua siswa. “Tapi besarannya ditentukan melalui rapat musyawarah Komite Sekolah dan berpatokan kepada kemampuan orangtua siswa.”
dr harian Pos Kota
Personalia Slideshow: SDN’s trip to Botswana was created by TripAdvisor. See another Botswana slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.
Kegiatan Slideshow: Atien’s trip to Kabupaten Bondowoso (near Situbondo), Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Situbondo slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.
Selasa, 12 Juli 2011
Langganan:
Postingan (Atom)